Anak iTu…..

Sekali lagi hatiku terenyuh melihat pemandangan itu. Anak berumur sekitar 8 tahun yang berpakaian lusuh itu perlahan mendekati sebuah mobil sedan. Mobil itu berwarna merah yang dikemudikan oleh seorang pria setengah baya yang terus menerus melihat kearah lampu merah dan sesekali melihat kearah jam tangannya. “Korannya om, seribu saja.” kata anak tadi. Pria berkulit putih itu hanya menggelengkan kepalanya. Lalu sesaat kemudian lampu warna merah digantikan dengan warna hijau. Mobil itupun melesat meninggalkan anak penjaja Koran tersebut.
Kejadian tersebut aku alami sekitar pertengahan bulan Mei yang lalu. Saat melihat kejadian itu aku sedang di dalam angkot. Huhhf… Q hanya bisa menghela nafas, mau Bantu tuh anak juga mikir2. uang yang tersisa hanya cukup buat bayar angkot. Sebenarnya sih Q gak tega. Apalagi Koran yang dipegang anak itu masih banyak. Aku kembali teringat pada pria yang didalam mobil. koQ ngeliat “yang begituan” (anak kecil yang jualin Koran-red) gak kesian. Padahal apalah artinya duit seribu perak bagi pria yang kelihatan punya duit jutaan ribu. Mungkin udah beli Koran tadi. (khusnuzan thingking ja deh. Daripada dosa. Hehehe…).
Kejadian tadi udah sering banget terjadi dan mungkin gak hanya di kota Q saja. Di Indonesia emang banyak orang-orang yang hidup dibawah garis kemiskinan. Bisa makan hari ini saja sudah untung. Gak sempat mikirin punya baju bagus, rumah layak huni, pergi ke pesta, pokoknya hal-hal yg berbau glamour. Jadi teringat lagunya Iwan Fals. Disaat kita bisa pake baju bagus, rumah yang layak huni, dan pergi ke pesta yang meriah, diluar sana banyak orang yang mati kelaparan, baju yang udah gak tahu bentuknya gimana lagi, rumah mungil yang hanya terbuat dari kardus-kardus bekas. Miris memang, namun inilah kenyataan. Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini. Kita harus introspeksi diri sendiri.
Sebagai bangsa yang kaya, yakni kaya akan limpahan alam dan warisan leluhur berupa budaya. Kita harus bisa mengubah bagsa ini menjadi bangsa yang lebih baik. Baik akan kesejahteraan rakyat maupun baik dalam segi sikap dan perilaku.
Anak penjaja Koran tadi tidaklah sendirian. Puluhan bahkan mungkin ratusan anak memiliki nasib yang serupa. Banyak kita temui dikota-kota besar metropolitan, yang penuh dengan kemewahan berserakan anak2 semuran sekolah di tepi2 jalan, menunggu lampu merah menyala dan mulai menjajakan apa saja yang bisa ditawarkan bagi pengguna jalan. Apakah itu jualan asongan, Koran, makanan kecil, pernak-pernik kendaraan, jasa hiburan (ngamen-red), hingga meminta dengan cuma2 alias ‘ngemis’.
Kita tidak bisa menyalahkan sipa2 atas kondisi negri ini. Semua pihak memiliki peran penting dalam pembangunan masa depan jangka panjang. Kerja sama dan saling percaya akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik. Semua tenang, semua senang.

*ini hanyalah ungkapan hati, tanpa ada unsur paksaan apapun (apaan coba ?). salam damai !*

4 Response to "Anak iTu….."

naga mengatakan...

I Like ur post..
ikan-ikannya lucu...

Desy Oktafia mengatakan...

Hmm..

ini tugas kita bersama..
buat perubahan yang bikin mereka "merdeka" dalam arti yg sesungguhnya..

-senang membaca tulisan Anak Paradigma !!!-

N O E mengatakan...

@ c,Gi : masa yG dikomentarin ikan2 na.... tulisannya donk.....
@ dessy : tHank's, coba2 membuat tulisan yg lebih baik dari ini.... doain yah...

Topik Nugraha mengatakan...

tinggal coba kirim ke Batam ppos ni..

ditunggu ya. semangat..

2Captain Gi : y, jaangan ikan2nya dunk yg dikomentarin. tempat (blog.red) aku ada tikus yang lebih lucu..