Sederhana itu kita




Disinilah aku, dikamar berukuran 3x 4 meter persegi dengan latar dinding berwarna putih. Tak ada yang spesial dikamar ini. Hanya ada kasur berukuran single, keranjang 4 tingkat, dan cermin 40 cm yang tergantung di sisi kamar sebelah kiri. Selain itu, blasss, kosong dan lapang. Hampir tak tahu apa yang akan dilakukan. Kembali hanya meng-klik-klik tab dan link di layar laptop. menunggu sesuatu yang menarik terjadi. Berharap akan ada gosip hangat bulan ini, seputar artis atau tokoh besar siapalah. Namun tak ada, semua berita sudah dari beberapa minggu yang lalu. 

Hingga jemariku memilih untuk berhenti dan melihat goresan tanganmu yang kau unduh yang tak sengaja ku buka di halaman pertama FB-ku. sekilas, dua kilas dahiku mengernyit dalam. Memaksa otakku untuk mengingat sesuatu. Sesuatu dimasa lalu. Seperti mengenal sosok-sosok yang tervisualisasi disana lengkap dengan latarnya. Aku hapal betul itu dimana. Indah, aku tak menyangka kau bisa menggoreskan tinta dan memainkan warna di atas kanvas dengan selembut itu. Hampir sempurna dengan bayanganku.

Di sana, diatas kanvas yang kau unduh itu, kita duduk saling bersisian, bersentuhan bahu. Menghadap ke arah langit luas. Kita diatas bukit tua, saling memeluk tubuh masing-masing. Menonton langit biru tua dengan segala hiasan raga nya. Indahhh. Bulan perak bersungut diantara jutaan bintang yang bergayut. Pikiranku pun segera melunsur ke sana, ketempat yang tak  sengaja menjadi tempat favorit kita. walau hanya sekedar penghilang suntuk, atau pelepas penat setelah seharian berkutat dengan tugas.

Disana tak banyak yang kita lakukan, sering hanya duduk saling bersisian sambil menatap bintang di atas sana. Sesekali aku sibuk berceloteh tentang hari esok, tentang keinginan-keinginan dan mimpi-mimpiku dan kau mendengarkan dengan takzim. Namun, terkadang kau yang begitu, menceritakan semua mimpi-mimpimu dan gantian aku yang mendengarkan. Saat-saat yang sederhana. 
Tahukah kau, sederhana itulah yang mengingatkan aku tentangmu. Sederhana itu yang mengajarkan bahwa tak perlu mewah untuk bahagia. Sederhana itu adalah sikap terbaik yang harus kita punya. Sejenak aku tertegun. Ada yang aneh dengan tubuhku. Ada perasaan sesak yang ingin keluar dari dadaku. Mungkinkah? mungkin kah aku merasakan sesuatu yang membuat kebanyakan orang menderita. Rindu. Kupastikan lagi dengan mengingat semua tentangmu. Ahh, aku memang rindu. Rindu semua tentangmu. Aku merindu-mu dengan sederhana.

Sedikit tentang kita



Aku suka bintang”, katamu. “Aku juga.”, balasku cepat tak mau kalah. Malam itu kita menyusuri jalanan malam dengan motormu.  Jika kita keluar bersama saat malam hari, kita selalu mencari bintang. Berebut menemukan bintang mana yang lebih besar dan terang. Berebut bintang mana yang lebih dekat, dan aku selalu tak mau kalah. Ya, kita memang selalu berdebat. Tapi aku sangat menikmatinya. Menikmati setiap detik yang kita lalui. Ingatkah?

Aku selalu ingat hal-hal itu, walaupun aku tak tahu bagaimana denganmu. Mungkin saja kau sudah punya pengganti seseorang yang duduk di tempat boncengan itu. Tertawa dengannya, dan mungkin juga sedikit berdebat. Aku yakin suatu saat nanti pasti akan ada seseorang yang menggantikan tempat ku itu. Tapi tahukah, aku tak pernah bahwa malam-malam yang kita lalui cepat atau lambat akan berhenti. Sementara? Atau selamanya? Aku tak tahu.

Aku rindu dengan pesan singkatmu yang berisi betapa indahnya bintang di langit atas rumahmu. Saat itu kau sedang duduk seorang diri disana. Memamerkannya dengan bangga. Menceritakan setiap detil sudutnya. Begitu aku tahu, akupun sibuk melompat ke luar rumah dan mecari benda yang sama yang kau maksudkan. Bintang. Sayangnya rumah kita terdiri dengan kontur yang berbeda. Rumahku diapit oleh beberapa bukit. Jadi hanya sedikit ruang yang bisa kulihat kelangit. sedangkan rumahmu tinggi diatas bukit. Pemandangan siang hari diatas rumahmu saja sudah menarik, apalagi bila malam hari. Aku protes pada bukit. Meminta untuk menggeser sedikit puncaknya. Agar aku bisa melihat apakah kau berbohong tentang ceritamu tadi. Malam itu langit memang berbaik hati. Ia memamerkan beribu bintang diatas sana. Berparade dalam diam. Ku lihat kelap kelip ciptaan Tuhan yang luar biasa itu. Aku duduk sejenak di teras rumah, memeluk tubuh, sambil menengadah. Berusaha merasakan hadirmu disisiku. Dan terus mengoceh lewat pesan singkat tentang bagaimana itu (Bintang) dirumahku. Celetukan-celetukanku yang sering membuatmu sewot menggemaskan. Dan akupun semakin menjadi menggodamu. Ingat bukan???

Aku rindu semua itu, rindu mencari dan berebut bintang denganmu. Rindu menyusuri jalan malam sambil berceloteh. Tak hanya tentang bintang, tapi tentang apa saja.  Namun kini kau jauh. Komunikasi kita juga terbilang biasa-biasa saja. Tak sesering ketika aku belum berangkat ke kota ini. Disini, aku tak pernah menemukan bintang yang kita lihat itu. Disini setiap aku melihat ke langit, aku kembali dipaksa mengingatmu. Memutar kembali kenangan-kenangan itu dimemori kepalaku. Seperti sebuah kaset yang diputar berulang-ulang. Repeat and pause, bahkan kadang-kadang dalam bentuk slow motion. Aku rindu bintang. Bintang kita. Akankah masih sama ketika aku pulang nanti? Aku harap begitu, walau tak banyak.

Back to the world

Be Someone Special
assalammualaikum,,,
apa kabar? baik2 saja kah ?
hokkay, akhirnya balik lagi ke dunia blog2-an ini. kangen. udah hampir 1 thun gak nge-blog dikarenakan jadwal syuting yang cukup padat. eh, becanda kok, gak osah shock gitu donk. Biasa aja lagi.. hehehehe
Kemaren2 itu lagi serius banget nyiapin skripsi #duilleee. Iyaa, jadi kemaren ntu dikerjain ama yang namanya skripsi. Si sengsara membawa nikmat, ahhayy.

Banyak banget yang pengen diceritain, tapi udah lupa. gara2 keseringan ngoding jadinya lebih dari separuh kapasitas otak terpaksa digunakan. sisanya hanya mampu menampung hal2 yg simple. kalo gak, dijamin dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya bakalan menghilang dari ingatan. iyaa, heran deh kenapa jadi pelupa gini ya?

Alhamdulillah, selain udah selesai ujian sekarang aku juga gak perlu minta uang jajan lagi ama mami (kecuali kalo akhir bulan, hehehehe). Udah bisa ngerasain First Sallary. Senengnyaa. Dulu biasanya yang selalu ditraktir sekarang jadi juga sering yg ditraktir, heehhehe, ya gantian lah sekali2. Walopun cuma bisa nraktir martabak ma aer kelapa, tapi itu 'sesuatu' karena dari hasil keringat sendiri. hahaahha #bahasamu nak.

hmm, ya sudaaa, udah malem ini, mari kita bobo...
Dadaaaa....
Quote : "Remember, You're Sprecial ^^"

Salam blogger.