“Aku suka bintang”, katamu. “Aku
juga.”, balasku cepat tak mau kalah. Malam itu kita menyusuri jalanan malam
dengan motormu. Jika kita keluar bersama
saat malam hari, kita selalu mencari bintang. Berebut menemukan bintang mana
yang lebih besar dan terang. Berebut bintang mana yang lebih dekat, dan aku
selalu tak mau kalah. Ya, kita memang selalu berdebat. Tapi aku sangat
menikmatinya. Menikmati setiap detik yang kita lalui. Ingatkah?
Aku selalu ingat hal-hal itu,
walaupun aku tak tahu bagaimana denganmu. Mungkin saja kau sudah punya
pengganti seseorang yang duduk di tempat boncengan itu. Tertawa dengannya, dan
mungkin juga sedikit berdebat. Aku yakin suatu saat nanti pasti akan ada seseorang
yang menggantikan tempat ku itu. Tapi tahukah, aku tak pernah bahwa malam-malam
yang kita lalui cepat atau lambat akan berhenti. Sementara? Atau selamanya? Aku
tak tahu.
Aku rindu dengan pesan singkatmu
yang berisi betapa indahnya bintang di langit atas rumahmu. Saat itu kau sedang
duduk seorang diri disana. Memamerkannya dengan bangga. Menceritakan setiap
detil sudutnya. Begitu aku tahu, akupun sibuk melompat ke luar rumah dan mecari
benda yang sama yang kau maksudkan. Bintang. Sayangnya rumah kita terdiri
dengan kontur yang berbeda. Rumahku diapit oleh beberapa bukit. Jadi hanya
sedikit ruang yang bisa kulihat kelangit. sedangkan rumahmu tinggi diatas
bukit. Pemandangan siang hari diatas rumahmu saja sudah menarik, apalagi bila
malam hari. Aku protes pada bukit. Meminta untuk menggeser sedikit puncaknya.
Agar aku bisa melihat apakah kau berbohong tentang ceritamu tadi. Malam itu
langit memang berbaik hati. Ia memamerkan beribu bintang diatas sana. Berparade
dalam diam. Ku lihat kelap kelip ciptaan Tuhan yang luar biasa itu. Aku duduk
sejenak di teras rumah, memeluk tubuh, sambil menengadah. Berusaha merasakan
hadirmu disisiku. Dan terus mengoceh lewat pesan singkat tentang bagaimana itu
(Bintang) dirumahku. Celetukan-celetukanku yang sering membuatmu sewot
menggemaskan. Dan akupun semakin menjadi menggodamu. Ingat bukan???
Aku rindu semua itu, rindu
mencari dan berebut bintang denganmu. Rindu menyusuri jalan malam sambil berceloteh.
Tak hanya tentang bintang, tapi tentang apa saja. Namun kini kau jauh. Komunikasi kita juga
terbilang biasa-biasa saja. Tak sesering ketika aku belum berangkat ke kota
ini. Disini, aku tak pernah menemukan bintang yang kita lihat itu. Disini
setiap aku melihat ke langit, aku kembali dipaksa mengingatmu. Memutar kembali
kenangan-kenangan itu dimemori kepalaku. Seperti sebuah kaset yang diputar
berulang-ulang. Repeat and pause,
bahkan kadang-kadang dalam bentuk slow
motion. Aku rindu bintang. Bintang kita. Akankah masih sama ketika aku
pulang nanti? Aku harap begitu, walau tak banyak.
2 Response to "Sedikit tentang kita"
ini fiksi yang ciamik :))
jujur saya suka gaya penulisan seperti ini.
serius!!
*dan suka gambarnya*
:) seneng deh kalo ada yang suka.
jujur udah lama banget gak nulis yg kyk gini. sebenarnya udah lama banget pengen nulis yg beginian. tapi belum juga ke buat walau cuma sebaris. sampai aku baca2 lagi tulisan kamu. dan jreng, tiba2 aja lgsung pengen nulis lagi. hehehe...
aku selalu suka sama gaya tulisan kamu chank. terlebih yang dalam tag "Random". :)
Posting Komentar